Analisis Autokorelasi Spasial Kasus Demam Berdarah Dengue di Kota Padang Tahun 2020

Roma Yuliana, Martya Rahmaniati, Inna Apriantini, Robet Triarjunet

Abstract


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menular dengan cepat, khususnya di wilayah tropis dan subtropis. Salah satu kota yang merasakan dampak dari kasus DBD adalah Kota Padang. Pada tahun 2020, terdapat 292 kasus dan menjadikan Kota Padang sebagai penyumbang kasus terbanyak di Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek spasial global dan lokal kasus DBD yang dihubungkan dengan jumlah penduduk, kepadatan penduduk, suhu udara, curah hujan dan kecepatan angin tahun 2020 di Kota Padang. Analisis data pada penelitian ini menggunakan Metode Moran’s Index dan Local Indicators of Spatial Association (LISA) dengan uji statistik pada program GeoDa. Hasil analisis menemukan adanya autokolerasi spasial positif antara jumlah penduduk, suhu, dan kecepatan angin dengan kasus DBD (pola mengelompok). Terdapat 8 kelurahan yang menjadi area hotspot (High-High) dalam hubungan jumlah penduduk dan suhu dengan kasus DBD yaitu Kelurahan Kuranji, Korong Gadang, Pasar Ambacang, Lubuk Lintah, Anduring dan Gunung sarik, Kurao Pagang dan Lubuk Minturun. Kemudian adanya  autokorelasi spasial negatif antara kepadatan penduduk dengan kasus DBD (pola menyebar) dan tidak adanya autokorelasi spasial antara curah hujan dengan kasus DBD. Dinas Kesehatan Kota Padang diharapkan dapat bekerjasama dengan pihak kecamatan, kelurahan dan BMKG Kota Padang dalam program pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD.

Keywords


DBD, Faktor Lingkungan, Analisis Spasial, Indeks Moran, LISA

Full Text:

PDF

References


Anselin. (1988). Spatial Econometrics :Method and Models. Kluwer Academic Publisher.

Dini, A. M. ., Fitriany, R. ., & Wulandari, R. (2010). Faktor Iklim dan Angka Insiden Demam Berdarah Dengue Di Kabupaten Serang. Makara Kesehatan, 14(1), 37–45.

Dinkes Kota Padang. (2021). Profil Kesehatan Kota Padang 2020.

Faiz, N. (2013). Analisis Spasial Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue Dengan Indeks Moran dan Geary’s C (Studi Kasus di Kota Semarang Tahun 2011). J. Gaussian, 2(1), 69–78.

Fatati, I. F., Wijayanto, H., & Sholeh, A. M. (2017). Analisis Regresi Spasial Dan Pola Penyebaran Pada Kasus Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Provinsi Jawa Tengah. Media Statistika, 10(2), 95. https://doi.org/10.14710/medstat.10.2.95-105

Kemenkes. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 035 tahun 2012 tentang Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan akibat Perubahan Iklim.

Kemenkes. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.

Kemenkes. (2020). Buletin Jendela Epidemiologi “Demam Berdarah Dengue” (Vol. 2).

Kemenkes. (2021). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020.

Kurniawati, R. (2015). Analisis Spasial Sebaran Kasus Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Jember Tahun 2014. FKM Universitas Jember.

Mangguang, M. D. (2010). Analisis epidemiologi penyakit demam berdarah dengue melalui pendekatan spasial temporal dan hubunganya dengan faktor iklim di Kota Padang tahun 2008-2010.

Masrizal, & Sari, N. P. (2016). Analisis kasus DBD berdasarkan unsur iklim dan kepadatan penduduk melalui pendekatan GIS di tanah datar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(2), 166–171. http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/download/202/216

Najmah. (2019). Epidemiologi untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. PT Raja Grafinda Persada.

Novasari. (2017). Efektivitas Larutan Biji Srikaya (Annona Squaamosa L) Sebagai Insektisida Terhadap Kematian Nyamuk Aedes Aegypti dengan Metode Liquid Electric. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 9(2), 200–208.

Pfeiffer, D. (2008). Spatial Analysis in Epidemiology. Oxford University Press.

Ruliansyah, A., Yuliasih, Y., Ridwan, W., & Kusnandar, A. J. (2017). Analisis Spasial Sebaran Demam Berdarah Dengue di Kota Tasikmalaya Tahun 2011 – 2015. Aspirator - Journal of Vector-Borne Disease Studies, 9(2), 85–90. https:// doi.org/10.22435/aspirator.v9i2.6474.85-90

Sahria, D. (2020). Profil Kepadatan Hunian Dan Mobilitas Penduduk Terhadap Prevalensi Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja Puskesmas Cempae Kota Parepare. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 3(2), 155–162.

Sucipto. (2011). Vektor Penyakit Tropis. Gosyen Publishing.

Sulasmi. (2013). Dengue hemorrhagic fever incidence in District Banjar based on monthly rainfall data Kejadian demam berdarah dengue Kabupaten Banjar berdasarkan data curah hujan normal bulanan. Jurnal Buski, 4(4), 184–187.

Syamsul, M. (2018). Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. UNM Environmental Journals, 1(3), 82. https://doi.org/10.26858/uej.v1i3.8073

WHO. (2011). Comprehensive Guidlines for Prevention and Controls of Dengue Haemorrhagic Fever.

WHO. (2019). Dengue and Severe Dengue. https://www.who.int/en/news-room/factsheets/detail/dengue-and-severe-dengue

Wirayoga, M. A. (2013). The Relationship between Dengue Hemorrhagic Fever and Climate in Semarang From 2006 to 2011. Unnes Journal of Public Health, 2(4), 1–9.

Yoli, K. (2007). Pola Penyebaran Spasial Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun 2005. Institut Pertanian Bogor.

Zulkorni, A. (2011). Parasitologi. Nuha Medika.




DOI: http://dx.doi.org/10.33757/jik.v6i1.484

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 JIK JURNAL ILMU KESEHATAN

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.


E-ISSN : 2597-8594 (Online) P-ISSN : 2580-930X (Cetak)
Publish by STIKes Alifah Padang
Jl. Khatib Sulaiman No 52 B Kota Padang. Telp 0751-7059849. Fax 0751-7059849. Website: www.stikesalifah.ac.id
Email : jik@stikesalifah.ac.id